Selasa, 23 November 2010

LESSON STUDY MENUMBUHKAN MINAT UNTUK BELAJAR



PENDAHULUAN

Masyarakat beranggapan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur oleh tes, apabila hasil nilai Ujian Nasional (UN) baik maka dianggap sudah berhasil mendidik anak-anaknya. Rangking sekolah diurut berdasarkan nilai UN, akibatnya orangtua harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menitipkan anaknya pada Bimbingan Belajar yang melakukan latihan menjawab soal-soal UN, karena sebagian orang tua ingin memasukan anaknya pada sekolah favorit.  
Proses pembelajaran di dalam kelas kurang mendapat perhatian dari orang tua dan pemerintah. Umumnya pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah, guru lebih banyak ceramah dihadapan siswa, sementara siswa mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki dengan target tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam dokumen kurikulum kepata siswa. Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi kepada siswa untuk berkreasi, pelajaran yang disajikan kurang menantang siswa untuk berpikir akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran. Ini berari selama ini kita kurang memperhatikan pentingnya proses pembelajaran di dalam ruang kelas, seharusnya proses lebih diutamakan dan hasil tes merupakan dampak dari proses pembelajaran.
Kebanyakan pengawas dari dinas pendidikan belum berfungsi sebagai supervisor pembelajaran di kelas. Ketika datang di sekolah, pengawas memeriksa kelengkapan administrasi guru berupa dokumen RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), sangat jarang masuk kelas melakukan observasi terhadap pembelajaran dan menjadi sumber pembelajaran bagi guru di sekolah. Begitu juga kepala sekolah lebih menituik beratkan pada administrasi guru, akibatnya guru kurang tertantang untuk melakukan persiapan mengajar dengan baik, memikirkan metode mengajar yang bervariasi dan inovatif, serta mempersiapkan alat peraga.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengetahuan guru harus selalu disegarkan. Kegiatan seminar atau forum diskusi ilmiah merupakan media untuk penyegaran pengetahuan guru baik materi subyek maupun pedagogi.
Beberapa kompetensi yang diperlukan oleh seorang pendidik sesuai dengan Undang-Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen adalah sebagai berikut:
1.      Kompetensi Pedagogi yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2.      Kompetensi Kepribadian yaitu memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
3.      Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi.
4.      Kompetensi Sosial yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Pemerintah selalu melakukan usaha peningkatan mutu guru melalui pelatihan dan dengan alokasi dana yang cukup besar. Sayangnya usaha dari pemerintah ini kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan mutu guru. Ada dua hal yang menyebabkan kurang efektifnya pelatihan guru, yaitu :
1.      Pelatihan tidak berbasis pada permasalahan nyata di dalam kelas, antara lain: Materi pelatihan yang sama disampaikan kepada semua guru tanpa mengenal daerah asal, padahal kondisi sekolah disuatu daerah belum tentu sama dengan kondisi sekolah di daerah lain. Sering digunakan sumber literatur asing tanpa melakukan uji coba terlebih dahulu untuk kondisi di Indonesia.
2.      Hasil pelatihan hanya menjadi pengetahuan saja tidak diterapkan dalam pembelajaran di kelas ataupun diterapkan tetapi hanya sekali, dua kali dan selanjutnya kembali ke asal. Hal ini disebabkan tidak ada kegiatan monitoring pasca pelatihan.

Untuk mengatasi kelemahan pelatihan konvensional yang kurang menekankan kepada pasca pelatihan maka ditawarkan suatu in-service training yang lebih berfokus pada upaya pemberdayaan guru sesuai kapasitas serta permasalahan yang dihadapi masing-masing. Model tersebut adalah Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Dengan demikian Lesson Study bukan merupakan metode atau strategi pembelajaran, tetapi pada prakteknya Lesson Study dapat menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi dan permasalahan yang dihadapi guru.
Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu plan (perencanaan), Do (pelaksanaan), dan see (refleksi) secara kolaboratif diantara para guru dan dosen yang dilakukan secara berkelanjutan. Secara rinci tahapan-tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut:


1.      Plan (Perencanaan)
Tahap perencanaan didahului dengan identifikasi masalah pembelajaran, dilanjutkan dengan rencana solusi dari permasalahan berkaitan dengan teaching material, tehnik evaluasi dan dan pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan dalam kegiatan Lesson Study harus berpegang pada tiga prinsip, yaitu: Hands on dan Minds on activity, Daily life, dan Local Matherial. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut guru secara berkolaborasi dalam kegiatan MGMP menyusun suatu RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang selanjutnya diuji cobakan oleh guru model (peer teaching) pada tahap perencanaan sebelum implementasi pembelajaran dalam kelas. Untuk memunculkan prinsip Hands on dan Daily life konsep yang akan dijelaskan (dipelajari) disesuaikan dengan ketersediaan bahan-bahan untuk alat peraga yang yang ada dilingkungan siswa dan sekolah.
2.    Do (pelaksanaan)
Langkah kedua dalam kegiatan Lesson Study adalah Do (pelaksanaan) pembelajaran untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan bersama pada tahap perencanaan. Pada tahap ini telah disepakati siapa guru yang akan menjadi model dan sekolah mana yang akan menjadi tuan rumah. Langkah ini bertujuan untuk menguji coba efektivitas model pembelajaran yang telah dirancang. Guru-guru lain, kepala sekolah, penilik dan dosen bertindak sebagai observer.
Sebelum pembelajaran dimulai diadakan pengarahan kepada para observer, bahwa yang menjadi fokus pangamatan adalah interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan bahan ajar, siswa dengan guru, jadi pengamatan tidak dimaksudkan untuk menilai guru model.
3.    See (repleksi)
Langkah ketiga kegiatan Lesson Study adalah see (repleksi), setelah pembelajaran selesai dilakukan diskusi untuk membahas pembelajaran antara guru model, nara sumber dan para observer yang dipandu oleh kepala sekolah atau personel yang ditunjuk. Selanjutnya para observer diminta untuk menyampaikan komentar dan lesson learnt dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas siswa. Kritik dan saran untuk guru (jika ada) disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran. Sebaliknya guru model harus dapat menerima masukan dari para observer untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan usulan-usulan tersebut diharapkan setiap guru dapat merancang kembali pembelajaran yang lebih baik untuk dilaksanakan dikelas (sekolah) masing-masing.

A.      Masyarakat Pembelajar
Lesson study merupakan suatu upaya peningkatan mutu pendidikan yang tidak pernah berakhir (continous improvement). Permasalahan yang meliputi materi, tehnik penyampaian materi (metode, pendekatan dan strategi pembelajaran), penggunaan alat peraga dan lain-lain dapat diselesaikan, karena persiapan lesson study dapat melibatkan banyak pihak, misalnya kelompok guru sebidang dalam satu sekolah, kelompok guru sebidang dalam MGMP, kelompok guru dan dosen sebidang dalam satu wilayah, dengan demikian rencana pembelajaran yang disusun bersama diharapkan kualitasnya lebih baik jika dibandingkan dengan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara individual.
Dalam lesson study guru tidak hanya dapat belajar dari dirinya sendiri tetapi belajar dari orang lain dan lingkungannya melalui kegiatan repleksi. Peningkatan pengetahuan guru tentang bagaimana ia mengajarkan sesuatu pada siswanya tidak tetumpu pada pengalaman ia belajar sesuatu dari gurunya. Sebagaimana hasil observasi Gallimore (dalam Endang dkk, 2007) yang mengungkapkan bahwa pengajaran adalah praktek budaya, dan mengubah praktek-praktek budaya itu cukup sulit. Orang-orang belajar dan mengajar, sebagian berkembang dalam budaya, melalui magang secara pasif selama beberapa tahun atau lebih. Ketika menghadapi tantangan-tantangan nyata di kelas, mereka seringkali mengabaikan praktek-praktek baru dan kembali pada metode-metode pengajaran yang digunakan guru mereka.
Sejalan dengan pendapat Gallimore,  menurut Gellert (dalam Endang dkk, 2007) “para guru dan calon guru yang sedang belajar menekuni profesinya tidak dapat mengkonsultasikan sumber pengetahuan yang memungkinkan mereka untuk memulai”. Mereka seringkali memulai dengan metode-metode pengajaran yang pernah mereka terima atau metode yang mereka alami.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan lesson study adalah model kooperatif. Di dalam pembelajaran kooperatif strategi pembelajaran mengutamakan kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi, dengan bimbingan dan bantuan guru (Suherman, 2001). Hal ini sejalan dengan paradigma baru dalam pembelajaran, yaitu perubahan dari pengajaran yang bertumpu pada aktivitas guru(informasi, contoh, bertanya, latihan, dan evaluasi) menjadi pembelajaran yang bertumpu pada aktivitas siswa(interaksi, belajar, individual-kelompok, konstruktivis, mengemukakan pendapat, menangggapi, diskusi, persentasi, pelaporan).
Berlatarbelakang dari kenyataan bahwa tidak seluruh siswa dalam kelas memiliki tingkat pemahaman yang sama dang bagaimana seluruh siswa mendapat hak yang sama untuk memahami lebih dalam dan mengembangkan suatu konsep, SATO (Sistetems Newsletter, no.3) mengembangkan system pembelajaran yang seimbang bagi seluruh siswa dalam memahami konsep melalui pembelajaran kolaboratif. Dalam pembelajaran kolaboratif siswa dapat saling bekerjasama dan menolong untuk memahami suatu konsep tanpa ada usaha untuk menyamakan persepsi secara kelompok, seluruh pendapat siswa harus diakomodir oleh guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran kolaboratif dalam kelompok kecil , guru tidak boleh berusaha untuk menyamakan pendapat dan ide para siswa dalam kelompok tersebut, serta tidakboleh meminta mereka untuk menyatakan pendapat sebagai perwakilan kelompok.
Persepsi pembelajaran yang berpusat pada cara pengajaran atau teaching with teaching methodecentered atau yang berpusat pada cara siswa belajar . Disamping itu guru memiliki andil yang sangat besar didalam penerapan konsep lesson study, guru harus terbuka terhadap masukan dari luar mengenai cara pengajaran, bersedia ditinjau oleh teman sejawat guna memberikan masukan, melakukan repleksi, membuat perencanaan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya terhadap pembelajaran tiap-tiap siswa. Konsep kolegalitas menjadi prinsip dasar didalam mengembangkan hubungan kerja antar sesama guru menjadi kawan kolaboratif untuk saling belajar bersama saling memajukan pembelajaran. Hubungan guru-siswa yang searah dan formal dikembangkan menjadi hubungan guru-siswa yang dua arah dan saling menghargai, guru mendengarkan siswa, menolong, tanggap dan menghormati siswa sebagai individu yang memiliki hak untuk belajar. Disamping itu setiap guru juga berhak untuk belajar.
Kegiatan lesson study merupakan ajang pembelajaran para guru terungkap pada work-shop evaluasi pelaksanaan lesson study di kabupaten OKU Timur Kecamatan Belitang Madang Raya, seperti yang dikemukakan oleh Soewolo (SISTETEMS NEWSLETTER, no.4) “bahwa lesson study merupakan wahana belajar guru yang baik, guru yang biasanya marah-marah sekarang lebih sabar dan dapat berinteraksi dengan baik”. Sikap untuk membuka diri juga ditunjukkan oleh guru peserta. Kalau dulu mereka menolak ditunjuk menjadi guru model, sekarang malah mereka mulai menawarkan diri untuk menjadi guru model.
Guru yang mendapat bantuan pada tahap “plan”, pada saat “Do” harus bisa mengambil sikap kembali mengulang atau melanjutkan pelajaran dengan melihat keadaan siswa. Guru diminta selalu bisa menentukan sikap dengan cepat di dalm pembelajaran, penentuan sikap yang cepat ini bisa dilatih melalui Do-see. Oleh harena itu seharusnya guru belajar dua hal dalam See yaitu:
1. Cara melanjutkan pelajaran
2. Pemahaman terhadap siswa.
Siswa menunjukkan ekspresi yang beragam dalam pelajaran, seperti bersemangat,  tidak mengerti isi pelajaran, pelajaran tidak menarik, melakukan presentasi tetapi tidak mau mendengarkan orang lain. Tahap Repleksi merupakan kesempatan untuk belajar bagaimana harus menyikapi ekspresi siswa yang beragam, terutama bagaimana guru harus bersikap terhadap siswa yang mengalami kesulitan.
Dari kajian di atas,  Lesson Study sebagai kajian pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sangat dibutuhkan semua elemen pendidikan, dan memungkinkan untuk  mengurangi berbagai kelemahan yang terjadi di sekolah terutama kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang lebih berkualitas, menarik dan menyenangkan.

B.       LESSON STUDY MENUMBUHKAN MASYARAKAT PEMBELAJAR
Secara teoritis serta berbagai pengalaman di beberapa daerah bahkan di Negara yang memperkenalkan konsep lesson study, mengungkapkan bahwa lesson study dapat dijadikan ajang pembelajaran semua elemen pendidikan terutama guru sebagai ujung tombaknya. Berikut ini akan dikemukakan berbagai pengalaman pembelajaran yang ditemukan pada kegiatan lesson study berbasis MGMP di Kecamatan Belitang Madang Raya, sejak putaran pertama sampai dengan pertengahan putaran ke 3:

Pada Penyusunan RPP dan LKS
1.      Pada putaran pertama RPP dan LKS kurang dipersiapkan dengan baik, guru model lebih dominan pada saat penyusunan dengan sedikit masukan dari guru lain pada saat uji coba.
2.      RPP dan LKS pada putaran kedua dipersiapkan bersama-sama dengan banyak sekali masukan dari guru lainnya baik pada saat penyusunan maupun pada saat uji coba, bahkan terdapat beberapa guru yang menawarkan diri untuk mengujicobakan LKS yang disusun untuk melihat keterbacaannya sehingga tidak menimbulkan persepsi yang keliru dari siswa. Disamping itu terdapat guru lain yang mencobakan materi dan metode yang direncanakan disekolahnya dan temuan-temuan yang terjadi dikomunikasikan pada saat uji coba teaching material , sehingga RPP dan LKS yang telah direncanakan mengalami revisi yang cukup baik.
Pada saat Implementasi
Pada putaran ke dua dan ke tiga guru model tampil lebih percaya diri walaupun disaksikan oleh para observer (guru dan kepala sekolah,), disamping itu prinsip-prinsip lesson study yaitu Hands-on, minds-on dan daily-life lebih kelihatan dengan digunakan alat peraga dan metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif.  Pada putaran ke 3, guru mulai berlomba menawarkan diri untuk menjadi guru model, tetapi keterbatasan waktu implementasi untuk putaran ke 3 dipilih 3 orang sebagai guru model, yang lainnya dipersilahkan untuk melakukan lesson study sendiri.
Pada saat Repleksi
Para observer lebih aktif melakukan observasi terhadap aktivitas siswa selama PBM berlangsung, bahkan pada putaran ke tiga observasi dilakukan terhadap kelompok tertentu oleh observer tertentu sehingga komentar atau masukan yang diberikan lebih terarah. Observasi yang dilakukan difokuskan kepada komunikasi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan bahan ajar, walaupun tidak dapat dihindari untuk kasus-kasus tertentu guru model menerima kritik (misal pada saat terjadi kesalahan konsep yang dilakukan siswa yang lolos dari pengamatan guru model),  tetapi dengan lapang dada guru model menerima itu sebagai masukan yang cukup berarti untuk pembelajaran di waktu yang akan datang.

Kesimpulan :
1.      Lesson study dapat dijadikan ajang pembelajaran bagi guru-guru peserta MGMP Matematika di Kecamatan Belitang Madang Raya, baik itu mengenai materi ajar, berbagai metode pembelajaran yang inovatif maupun berbagai alat peraga yang digunakan untuk membantu siswa lebih memahami konsep-konsep matematika.
2.      Lesson study berbasis MGMP perlu dilanjutkan karena dapat dijadikan ajang pembelajaran para guru untuk saling bertukar ide, wawasan dan pengalaman, karena sebagian besar guru masih menggunakan pembejaran konvensional tanpa pernah mengikuti penataran/pelatihan berbagai metode pembelajaran.
3.       Lesson study dapat pula dijadikan ajang diskusi topik-topik yang dirasa cukup sulit baik dari segi konsep maupun dari segi teknik penyampaian kepada siswa, ini akan sangat bermanfaat mengingat terdapat beberapa guru matematika dengan latarbelakang pendidikan diluar pendidikan matematika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar